Langsung ke konten utama

Trip Dieng, Wonosobo 29 April – 2 Mei 2017 (Part 2)

Trip Dieng, Wonosobo 29 April – 2 Mei 2017


PART 2 – CERITA PERJALANAN DIENG, WONOSOBO

Saya akan melanjutkan tulisan ini dengan cerita selama di negeri para dewa alias Di Hyang atau yang lebih akrab dikenal dengan Dieng.

Setelah menempuh perjalanan melelahkan dari Jakarta akhirnya saya tiba di stasiun Purwokerto sekitar pukul 08:30 (kereta terlambat karena ada kendala teknis). Dari stasiun tujuan saya pertama kali adalah ke gereja (maaf bukannya sok alim atau gimana, tapi sebagai ungkapan rasa syukur sudah tiba dengan selamat dan alasan lain karena tiba di hari minggu, hehe) setelah tanya pak petugas kereta saya naik angkot ke gereja GKI Gatot Subroto letaknya persis di pinggir jalan depan SMA 1 Purwokerto. Jadwal ibadah yaitu pagi pukul 06.00, 08.00, & sore 17.00.

Gereja Gatot Subroto

Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke terminal purwokerto naik angkot C2, tidak terlalu lama akhirnya angkot masuk terminal, singkat cerita saya naik bus kecil (ekonomi) menuju wonosobo, kemudian turun di Rita (Plaza) dari sini saya jalan menuju RSUD untuk naik bis kecil ke Dieng. Karena belum booking homestay (yang ternyata beberapa homestay bisa booking sebelum-sebelumnya via telepon) saya mencari-cari homestay sambil jalan santai. Akhirnya saya mendapatkan homestay yang lumayan murah di homestay Cempaka dan dapat guide penduduk asli untuk menemani saya berkeliling (total semua 400.000 dengan rincian 250.000 untuk penginapan dan 150.000 untuk guide).

Udara dingin Dieng tidak begitu terasa mungkin karena saya kelelahan dan kepanasan selama perjalanan, haha. Setelah meletakan barang-barang di kamar, saya langsung bergegas mandi, sudah tidak sabar untuk berjalan-jalan mengeksplore Dieng. Sebelum jalan-jalan saya mengisi perut yang sudah kosong selama perjalanan tadi (hanya sempat sarapan di warung nasi dekat stasiun Purwokerto tadi pagi). Tidak sulit mencari tempat makan disini, apalagi di depan homestay saya tersedia beberapa warung makan. Karena penasaran dengan makanan khas Wonosobo saya pun mencoba Mie Ongklong rasanya tentu saja enak.

Mie Ongklong & Susu jahe

Setelah perut terisi saya berjalan-jalan sekitar homestay dan sempat mengunjungi candi Arjuna tapi tidak masuk karena saya kan sudah bayar jasa guide untuk masuk ke tempat wisata masa harus bayar lagi, haha (gak mau rugi) jadi hanya foto-foto saja.

Pintu Masuk Candi Arjuna

Plang peta wisata Dieng

Hujan turun lagi dan saya bergegas kembali ke homestay. Ok, disini saya bertemu dengan pengunjung lain dari Jakarta, lumayan ada teman ngobrol. kami ngobrol sampai malam dan saya pamit tidur lebih awal agar keesokan paginya tidak ngantuk untuk berburu sunrise di Sikunir.

Tanggal 1 Mei 2017

Pukul 04.00 wib saya berangkat dari homestay menuju bukit Sikunir, persiapan sudah lengkap mulai dari air minum, pakai baju double + jaket tebal + syal + sarung tangan (di dalam kamar aja dingin apalagi di luar sana brrr..). Saya dijemput pukul 4 tepat naik motor dan benar saja sepanjang perjalanan saya kedinginan, haha.  Meskipun udara subuh itu dingin langitnya sangat indah, saya bisa lihat jutaan bintang-bintang dan milkyway, astaga itu pengalaman yang luar biasa. Kalau ditanya menyesal atau tidak gak bawa kamera kece untuk mengabadikan momen itu, jelas saya bilang NYESEL BANGET tapi lebih karena gag bisa motretnya sii, hehe. Next time belajar dulu cara motret milkyway.

Anyway, perjalanan ke bukit Sikunir tidak terlalu lama, setelah parkir motor selanjutnya dimulailah pendakian, disini jalannya sudah mulai menanjak. Banyak juga pengunjung yang datang, jadi pendakian juga agak santai. Oh iya, pendakian ke bukit Sikunir terbilang mudah karena oleh warga sekitar sudah dibuatkan anak-anak tangga sampai ke puncak, tapi tetap saja saya kelelahan, haha ini efek kurang olahraga.

Finally, sampai di pos 1 yeeiiy. Disini sudah banyak orang yang stand by, mereka sudah ambil posisi masing-masing untuk dapet angle bagus menikmati sunrise. Saya pun cari tempat untuk ambil gambar pemandangan yang sudah lama saya tunggu-tunggu. Tapi sayangnya pemandangan yang ada tidak seperti ekspektasi saya, tidak ada kabut tebal menyerupai awan yang  menutupi desa di kaki bukit, hanya sinar matahari pagi berwarna jingga yang berpedar malu-malu di antara awan-awan yang memberi warna berbeda dari sekelilingnya yang masih gelap. Sekitar pukul 06.00 matahari akhirnya menampakkan dirinya dan menyinari sekitar. Oke, hari ini saya cukup puas mendapat pemandangan golden sunrise. Setelah matahari mulai tinggi satu per satu pengunjung mulai menginggalkan pos satu.

Sunrise @ Bukit Sikunir

Sunrise @ Bukit Sikunir

Di bawah sudah ada kelompok pemusik Sikunir yang menghibur pengunjung, di dekatnya ada warung penjual aneka makanan dan minuman. Sambil melepas lelah pengunjung bisa memesan makanan ringan dan menikmati musik. Hemm, nikmat.

Pemusik Sikunir


Sarapan pagi di Bukit Sikunir


Bukit Sikunir

Selanjutnya, saya kembali ke homestay sebelum melanjutkan keliling-keliling Dieng. Perjalanan saya berikutnya adalah mengunjungi Batu pandang Dieng atau Batu Ratapan Angin, dari sini kita bisa melihat dua telaga sekaligus, yaitu telaga warna dan telaga penggilon.

Batu Pandang

Ternyata mau berfoto dengan background  dua telaga ini harus antri. Saat saya datang ada sekelompok pengunjung yang berfoto hingga berkali-kali diulang (hemm, tolong ya yang mau foto bukan kalian saja.. #curhat) sampai pengunjung yang lain harus sabar antri menungu giliran. Lalu guide saya mengajak ke spot lain untuk bisa berfoto dengan latar belakang dua telaga tersebut, ya tidak jauh dari lokasi pertama ada jalan kecil untuk sampai ke tempat ini. Batunya lebih landai dan tidak terlalu tinggi jadi untuk yang takut ketinggian tapi ingin tetap punya foto dengan background telaga warna dan penggilon bisa ke spot saya ini.

Telaga Warna & Penggilon



Selesai berfoto dan berkeliling, saya kembali ke tempat parkir motor. Di depan Dieng Theater saya melihat dua anak gimbal, mereka sedang asik main dengan temannya. Spontan saya minta guide saya untuk mengambil gambar kami, saya pun mendekati mereka untuk mengajaknya berfoto. Tapi, ternyata tidak mudah membujuk mereka, haha. Saya tetap mencoba mendekati dan guide saya pun mengambil foto saya dari jauh.


Anak Gimbal

Me with Gimbal Kids

Perjalanan dilanjutkan ke kawah sikidang, objek wisata terkenal lainnya di Dieng J. Menuju ke lokasi kami melewati sebuah pasar, disini kita bisa beli oleh-oleh khas Dieng atau sekedar jajan mulai dari kentang & jamur goreng, carica, bunga edelweis, dan masih banyak lagi.

Pasar di sekitar Kawah Sikidang

Di sekitar kawah banyak atribut foto yang disediakan, jadi bagi pengunjung yang mau berfoto atau selfie bisa semakin total nih. Oke setelah menyusuri jalan berbatu akhirnya sampai di kawah yang di batasi pagar kayu tujuannya agar tidak ada pengunjung yang iseng nyebur ke kawah (hahaha, siapa juga yang mau nyebur..panas cuy). Air kawah tertutup asap tebal jadi tidak terlalu kelihatan. Tidak jauh dari lokasi ada semacam bukit dimana kita bisa melihat kawah Sikidang dari ketinggian.

Persewaan motor trail

Kawah Sikidang

Saya & Kawah Sikidang dari ketinggian

@Kawah Sikidang

Lanjut, setelah dari kawah Sikidang saya kemudian meluncur ke salah satu tempat ikonik yaitu tulisan besar DIENG Plateu seperti tulisan HOLLYWOOD (hahaha), datang ke Dieng sayang kalau gak berfoto dengan latar belakang tulisan ini. Parkir motor di seberang jalan lanjut dengan jalan kaki, jalannya sempit tapi mudah dilewati, sampai di atas kita bisa lihat pemandangan langsung ke kawasan candi Arjuna. Disini bisa santai sejenak.

Dieng Plateau


_fokus pada tulisan_

Pemandangan dari lokasi tulisan Dieng Plateau Banjarnegara

Selanjutnya saya kembali ke homestay, karena hujan turun. Hemm, sayang sekali padahal masih mau lanjut keliling. Setelah makan siang saya tidur sejenak di homestay sambil menunggu hujan reda.
Siang itu acara keliling-keliling dilanjutkan ke telaga Merdada. Saya tidak dapat spot bagus di tempat ini, telaga ditumbuhi tanaman air dan disekitar telaga beberapa penduduk sedang memancing. Mungkin harus naik ke bukit untuk bisa dapat spot bagus melihat telaga ini dari ketinggian.

Telaga Merdada


Next, Kawah Sileri.. Tapi karena habis diguyur hujan, jalan ke kawah licin jadi hanya bisa memandang kawah dari atas.


Kawah Sileri


Tempat terakhir yang saya kunjungi hari ini adalah Candi Bima. Tempatnya cantik, tidak terlalu besar. Honestly, saya suka tempat ini.


Kawasan Candi Bima



Candi Bima

Oke guys. Hari sudah malam saya pun kembali ke homestay. Sebelumnya sudah janjian dengan guide saya besok pagi akan kembali ke Sikunir karena saya masih penasaran dengan pemandangan awan-awan yang menutupi desa di bawah bukit Sikunir.

Tanggal 2 Mei 2017

Pukul 4 pagi seperti hari sebelumnya saya sudah siap-siap berangkat ke Bukit Sikunir, saya benar-benar berharap bisa melihat pemandangan menakjubkan di Bukit Sikunir. Seperti biasa saya dan guide naik motor, dan pemandangan lagit masih tetap sama indahnya dengan langit subuh kemarin. Indah karena dihiasi milky way dan bintang-bintang bertaburan, rasanya tidak mau melewatkan sedikit pun pemandangan indah ini.

Perjalanan kali ini lebih sepi dibandingkan kemarin, mungkin karena kemarin adalah hari terakhir liburan jadi kebanyakan pengujung sudah kembali ke asalnya masing-masing. Setelah parkir motor, kami langsung mendaki bukit Sikunir dan permohonan saya terkabul..saya bisa lihat kabut tebal menyerupai awan dari bukit Sikunir, inilah dia pemandangan yang terkenal itu. Benar-benar seperti negeri di atas awan, tiak terlukiskan perasaan saya saat itu, benar-benar gembira sampai rasanya ingin melompat-lompat dan berteriak saking girangnya. Akhirnya saya bisa lihat sendiri pemandangan menakjubkan yang selama ini saya lihat di gambar.

Langit masih gelap saat itu, tapi awan tebal sudah terlihat dengan jelas. Segera saya menyiapkan kamera untuk merekam pergerakan awan dan munculnya sang Surya. Saya biarkan kamera merekam dan saya sendiri menikmati pemandangan yang disajikan alam di hadapan saya. Oh Tuhan, ini indah sekali.

Sebelum merekam saya sempatkan mengambil gambar dengan latar belakang gunung-gunung yang diliputi awan tebal.


Negeri di atas awan
Negeri di atas awan

Sekitar 30-45 menit saya merekam menggunakan mode time lapse, hingga akhirnya matahari muncul dan kabut tebal mulai menghilang.

Masih di bukit Sikunir, perjalanan dilanjutkan ke pos 2 dan pos 3. Dari pos pertama perjalanan tidak begitu jauh untuk sampai ke pos terakhir. Di pos 2 ada semacam gazebo, dari sini kita juga bisa melihat sunrise. Sayangnya saya hanya di pos satu, mungkin lain kali saat kembali ke sini saya akan ke pos 2 untuk melihat sunrise. Dari pos tiga kita bias melihat telaga Cebong, dinamakan telaga Cebong karena bentuknya seperti kecebong.


Telaga Cebong

Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak bukit Sikunir, kami memutuskan untuk kembali ke homestay. Bersiap untuk perjalanan berikutnya (masih di Dieng).

Bukit Sikunir

Gapura Desa Sembungan

Penduduk Dieng

Next visit, saya menuju ke Telaga Dringo. Infonya nih telaga Dringo adalah Ranu kumbolonya Dieng. Akses ke tempat ini sulit guys, jalan berbatu besar, tidak rata dan menanjak bikin cemas selama perjalanan ditambah ditengah perjalanan berpapasan dengan truk pengangkut sayur, semakin menambah sensasi kengerian, Haha.

Akses sulit ke Telaga Dringo

Setelah melewati perjalanan tersebut akhirnya sampai juga di semacam pintu masuk menuju telaga Dringo. Dari sini masih harus jalan kaki, tidak begitu jauh berjalan dari tempat memarkirkan motor, kita bias melihat pemandangan padang rumput yang cukup luas, dikiri kanannya ditumbuhi pepohonan lebat dan di depan terhampar luas telaga Dringo. Tempat yang benar-benar indah dan tenang. Cukup lama menghabiskan waktu disini, menikmati keindahan alam, menikmati hembusan angin. Memang benar kata orang tempat indah itu tersembunyi dan perlu perjuangan untuk menuju kesana.

Telaga Dringo

Salah satu sisi telaga Dringo

Padang rumput Telaga Dringo

Meskipun belum mau beranjak dari tempat ini, kami memutuskan untuk turun agar bisa mengunjungi tempat lokasi lainnya mengingat hari ini adalah hari terakhir saya di Dieng. Perjalanan pulang sama dengan perjalanan berangkat melewati jalan berbatu besar. Di tengah perjalanan kami mampir sebentar di kawah Candradimuka, lokasinya berada di pinggir jalan.

Kawah Candradimuka

Tempat selanjutnya yang saya kunjungi adalah Candi Arjuna. Di kawasan Candi Arjuna ini ada beberapa candi yang mengalami pemugaran. Disini saya hanya berkeliling dan seperti biasa berfoto dengan latar belakang candi.

Candi Arjuna

Candi Arjuna

Di luar kawasan candi banyak penjual oleh-oleh khas Dieng, apalagi kalau bukan Carica. Saya membeli beberapa untuk oleh-oleh, sayang kan sudah jauh-jauh datang ke Dieng tidak mencoba makanan khas Dieng yang satu ini, hehe. Jam sudah menunjukan pukul 12 siang saat itu. Saya memutuskan untuk kembali ke homestay dan bersiap pulang ke Jakarta.
Pukul 15.00 saya meninggalkan homestay dan kembali ke Jakarta.
Oke sekian cerita perjalanan saya selama di Dieng. Semoga bermanfaat.

Bon Voyage! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Le Héron) - La Fable - Fable - Fabel

Rumah Tongkonan - Toraja Le Héron Un jour, sur ses longs pieds, allait je ne sais où, Le Héron au long bec  emmanché  d'un long cou. Il  côtoyait  une rivière. L' onde  était transparente ainsi qu'aux plus beaux jours ; Ma  commère  la  carpe  y faisait mille tours Avec le  brochet  son  compère . Le Héron en eût fait aisément son  profit  : Tous approchaient du bord, l'oiseau n'avait qu'à prendre ; Mais il crut mieux faire d'attendre Qu'il eût un peu plus d'appétit. Il vivait  de régime , et mangeait à ses heures. Après quelques moments l'appétit vint : l'oiseau S'approchant du bord vit sur l'eau Des  Tanches  qui sortaient du fond de ces  demeures . Le  mets  ne lui plut pas ; il s'attendait à mieux Et montrait un goût  dédaigneux Comme le  rat du bon Horace . Moi des Tanches ? dit-il, moi Héron que je fasse Une si pauvre  chè

(Le Pont Mirabeau) - Poésie - Poem - Puisi

Reog Ponorogo - Jawa Timur Le Pont Mirabeau Sous le pont Mirabeau coule la Seine  Et nos amours  Faut-il qu'il m'en souvienne  La joie venait toujours après la peine. Vienne la nuit sonne l'heure  Les jours s'en vont je demeure. Les mains dans les mains restons face à face  Tandis que sous  Le pont de nos bras passe  Des éternels regards l'onde si lasse. Vienne la nuit sonne l'heure  Les jours s'en vont je demeure. L'amour s'en va comme cette eau courante  L'amour s'en va  Comme la vie est lente  Et comme l'Espérance est violente. Vienne la nuit sonne l'heure  Les jours s'en vont je demeure. Passent les jours et passent les semaines  Ni temps passé  Ni les amours reviennent  Sous le pont Mirabeau coule la Seine. Vienne la nuit sonne l'heure  Les jours s'en vont je demeure.

Makan Siang Murmer di Kota Kasablanka - Cheap lunch at Kota kasablanka

Mau makan siang dimana hari ini? Biasanya saya dan teman-teman kantor makan siang di UKM (kantin atau bahasa kerennya food court) yang letaknya gag jauh-jauh dari kantor. Nah, siang ini temen ngajakin makan ke Kokas (Kota Kasablanka). What?? Kokas?? Tanggal tua?? Oh noo.. Tapi eits, ternyata ada tempat makan murah meriah di mall Kokas. Lokasinya di dalam mall, adem, bersih, and harga terjangkau. Kalau bisa datang kesini lebih awal karena bakalan rame banget dan bisa-bisa gag kebagian tempat duduk. Cara menuju tempat ini, kamu masuk dari lobby Kokas terus cari carrefour, nah dari depan carrefour belok ke kiri ikutin aja jalan kamu akan nemuin kios-kios kerajinan tangan sepanjang jalan and ketemu deh food court nya :D food court Kokas food court Kokas Lumayan banyak pilihan makanan disini, ada masakan manado, nasi goreng, soto tangkar, pecel, nasi kuning, nasi rames, sate, dan masih banyak lagi. Ini yang saya pesan, nasi kuning + otak-otak + ikan manis peda